Praktikum, atau biasa disebut dengan...


Dengan apa yaaa??? Judul diatas membuat gue juga bingung, apa yang harus gue tulis buat melanjutkan kata-kata diatas. Naah, dari pada bingung, mending kita bercerita dulu tentang Praktikum yang gue tulis di awal judul untuk postingan ini.

Dari semester 1 gue mengalami yang namanya Praktikum di dalam kegiatan perkuliahan gue. Mulai dari praktikum yang pertama, yaitu Praktikum Menggambar Teknik. Dari judulnya bisa diketahui kalo selama praktikum gue melakukan kegiatan menggambar, tetapi menggambar teknik. Apakah menggambar dengan teknik? Atau belajar teknik menggambar? Atau apa sih sebenernya yang gue praktikumin?
Walaupun di semester 1 ini gue belajar menggambar teknik, tapi rasanya engga satupun ilmu mengenai gambar menggambar ini nyantel di otak gue. Apa gue yang lemot dalam praktikum, atau menggambarnya yang memang susah? *hehe, peace aslab gartek*

Lanjut di semester kedua, gue juga mengalami praktikum. Tapi kali ini Praktikum Fisika. Praktikum kali ini ga perlu gue jelasin juga mungkin semuanya pada tau dari judulnya, karena dari gue SMP pun gue udah mendapatkan praktikum ini. Lagipula, dengan gue menyebutkan Praktikum Fisika, ga mungkin rasanya orang-orang gue mempraktikumkan mengenai Biologi di dalamnya. Sayangnya 3 tingkatan sekolah yang gue lalui ini sama-sama ga memberi kenangan manis dalam sejarah per-praktikuman gue.

Di semester 3 gue menjalani praktikum yang sekarang gue yang mempraktikumkan, yaitu Praktikum Analisis Perancangan Kerja & Ergonomi. Ya, praktikum yang dilaksanakan di lab yang sekarang gue huni ini salah satu praktikum yang sangat gue sukai, padahal kalo dibandingkan dengan 2 praktikum sebelumnya, praktikum yang satu ini bener-bener menguras tenaga, pikiran dan waktu. Bahkan sampe beberapa orang di angkatan gue bilang kalo praktikum APK&E itu praktikum paling menyusahkan dan asistennya galak-galak...
...
...
Iya galak-galak.
Kata temen-temen gue. Dan gue pun sempet berpikiran begitu. Tapi kenyataannya justru lab yang isinya asisten galak-galak inilah yang jadi tempat gue mengabdi sekarang.
Berarti gue juga galak dong?
Ya? Gue galak gaaa??? *ini nanya loh*
Sebagian praktikan gue bilang iya -_-“

Semester berikutnya gue mengalami 2 praktikum. Yaitu Praktikum Perencanaan dan Pengendalian Produksi, juga Praktikum Statistika Industri dan Penelitian Operasional. Dua praktikum ini sangat-sangat bertolak belakang, seperti lokasi labnya yang berseberangan, dan hasilnya nilai gue pun berseberangan. Dimana gue mendapatkan nilai bagus di praktikum PPP dan nilai jelek di praktikum SIPO. Dari kedua praktikum ini gue juga belajar, bahwa praktikum itu sulit.

Oh, bukan itu maksudnya.

Bahwa 2 praktikum berarti menyita waktu belajar kita 2 kali lipat dari biasanya (kalo mau dapet nilai bagus).
Dan praktikum terdekat yang baru-baru ini selesai gue jalankan ada 3 praktikum. 3 praktikum meeennn... berarti waktu belajar gue tersita 3 kali lipat dari biasanya. Praktikum yang gue jalani ini adalah Praktikum Perancangan Tata Letak dan Fasilitas, Praktikum Pemodelan dan Simulasi, juga Praktikum Perancangan Desain Aplikasi Perangkat Lunak. Dari namanya gue merasa praktikum yang gue dapat di semester ini akan memberikan hasil yang sama ngeri nya dengan nama praktikumnya, tapi ternyata tidak.

Nama boleh serem, tapi praktikum yang dijalanin tetep asik. Itulah yang gue rasakan di semester 5 ini. Praktikum PTLF dan MOSI diasisteni oleh kakak-kakak asisten yang kemarin berjuang bersama gue dalam ajang bergengsi bernama Rekruitasi Asisten Baru. Dan karena ajang tersebutlah, gue jauh lebih menghargai kerja keras kakak-kakak asisten ini daripada sebelumnya (karena gue juga merasakan kejamnya dunia per-praktikuman, hiks). Di praktikum DAPL pun gue malah merasa ini bukan praktikum, tapi responsi. Kenapa? Mungkin praktikumnya dibuat lebih nyantai karena sejujurnya mempraktikumkan mahasiswa semester 5 lebih mudah diatur daripada mahasiswa semester 3, dimana semester 3 itu jaman-jamannya mahasiswa masih songong, dan gue pernah merasakan itu. Maksudnya disini, gue juga pernah songong.
Sampai disitulah perjalanan panjang gue dalam dunia per-praktikuman, tapi masih ada 3 praktikum lagi di semester 6 yang sekarang lagi ngences-ngences nungguin mangsanya masuk ke dalam jebakan (engga deng, praktikum ga se-serem itu kok).

Barusan tadi itu cerita gue selama gue yang jadi praktikan, dimana praktikan bisa seenak udel nyalahin asistennya kalo asistennya salah. Tetapi gimana rasanya kalo gue ada di posisi asisten tersebut? Disalahin seenak udel (padahal gue juga belum pernah nyicip rasanya udel). Cerita itu bakal berlanjut di postingan berikutnya, part 2 sih biar lebih keren.
Keep reading J
#

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comment:

Posting Komentar