Praktikum (part II)


Kenapa gue buat part II? Gapapa sih biar keren aja, hehehe. *plaaakkk* *digaplok sendal tetangga*

Kembali lagi ke cerita mengenai praktikum. Yang namanya praktikum itu pasti berkaitan dengan pemberi praktikumnya. Dalam hal ini, kita bicara tentang kampus gue, dimana pemberi praktikumnya yaitu asisten praktikum. Dan mungkin harusnya gue kasih judul post ini adalah “Asisten” bukan “Praktikum”.

Asisten ada banyak macamnya, tapi yang akan gue bahas disini adalah asisten praktikum.

Waktu gue berada di posisi praktikan, gue merasa asisten itu kereeennn bangeeettt... dan pada beberapa kesempatan gue merasa kakak-kakak asisten cowo yang tadinya manusia biasa bukan Superman, setelah jadi asisten tiba-tiba mereka memiliki aura ganteng. Kenapa aura ganteng? Karena kalo mereka memiliki Aura Kasih gue rasa mereka bakal pingsan gara-gara kekenyangan susu.

Oke barusan Mesum Level: Expert.

Selama jadi praktikan, selain gue menjalani kegiatan praktikum, gue juga menjalani kegiatan TP. TP yang disini bukan Tugas Pendahuluan yang diberikan sama salah satu lab, melainkan TP=Tebar Pesona. Sayang kegiatan TP yang gue lakukan tidak berpengaruh apa-apa bagi kehidupan percintaan gue maupun nilai-nilai gue, yang ada malah gue kena percikan api cemburu dari pacar gue.

Engga deng, kegiatan TP itu engga bener-bener gue lakukan. Tapi mungkin sebagian praktikan lain melakukan itu, hehehe.

Itu waktu gue berada di posisi praktikan. Dan sekarang kita balik posisinya menjadi gue sebagai asisten.

Gue pertama kali memberi praktikum pada bulan September 2011, dalam 1 minggu gue mengisi 5 shift jaga praktikum untuk 1 modul. Shift yang gue jaga pertama kali isinya ada 18 praktikan dan cewe semua. Asisten yang jaganya juga cewe semua.
...
...
Bukan deng, ada satu orang asisten cowo juga disitu.

Jurusan gue memang dikenal sebagai jurusan yang paling banyak cewenya, maka ga heran apabila bisa ada 1 shift isinya cewe semua. Asisten 2009 nya aja cewe semua. Kalo ngeliat jurusan teknik industri di kampus gue, mungkin orang-orang merasa kiamat sudah dekat karena jumlah cewe lebih banyak daripada cowo. Itu cuma ada di jurusan gue.
Tapi kalo gue jaga di shift terakhir, mungkin pendapatnya bisa dipatahkan, karena 1 shift isinya 21 orang, dan mereka cowo semua -_-“

Mengasisteni praktikan juga ga semudah yang dibayangkan, terkadang gue merasa gue sedang mengajar anak-anak playgroup, kadang-kadang juga gue merasa sedang berada diantara para profesor. Karena karakter tiap praktikan berbeda-beda, gue pun harus bisa mimikri terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Walaupun mimikri, gue tetep dalam bentuk dan warna yang sama, karena gue bukan bunglon makanya gue ga berubah warna, dan gue bukan Superman makanya gue ga pake kolor diluar.

Marah itu perlu dalam pembentukan karakter mandiri bagi praktikan kita. Tapi kalo ga ada badai, ga ada tsunami tiba-tiba marah, mungkin dia lagi PMS. Gue juga pernah marah di salah satu shift, mungkin gara-gara itu mereka nulis gue asisten tergalak, hehehe. Marahnya bukan karena gue benci sama praktikan, tapi karena mereka melakukan kesalahan, dan pengennya sih mereka ga melakukan itu lagi, tapi mungkin kondisinya aja yang salah makanya gue sampe marah.

Selain kegiatan praktikum, ada juga asistensi. Kegiatan asistensi ini juga membuat asisten menjadi lebih dekat dengan praktikan. Karena praktikan kadang-kadang bisa ngalah-ngalahin pacar waktu smsan sama kita buat nentuin jadwal ketemuan, ketemuan buat asistensi sih maksudnya.

Ketemu praktikan yang gatel juga pernah, dan cara mengatasinya cukup mudah, yaitu kita bantu garukin aja praktikan yang gatel tersebut. Tapi garuknya pake penggaruk rumput. Atau suruh aja dia cari obat gatel ke tempat yang benar, karena dimana-dimana orang gatel itu harusnya ke dokter kulit bukan ke lab APK&E. Dan kalo masih salah tempat juga, mungkin dia dikasih alamat palsu sama Ayu Ting-Ting.

Dari segala hal yang berkenaan dengan praktikan, hal yang paling mengharukan bagi gue saat mereka mengisi feedback dan mengirim surat. Sebagian besar lab di C-3XX biasanya diakhir praktikum memberikan feedback kepada praktikannya supaya diisi dengan kritik dan saran yang membangun bagi lab dan asistennya.

Gue sangat terharu waktu membaca feedback dari praktikan, dimana ada yang bilang gue jutek, galak dan lain-lain. Percayalah dek, gue ga sejahat itu kok, tapi lebih jahat lagi #eh. Semoga aja gue bisa jadi lebih baik lagi sesuai sama yang diingikan oleh praktikan.

Surat, gue mendapatkan beberapa surat dari beberapa praktikan gue. Surat dari praktikan tersebut sampe sekarang masih suka gue baca. Isinya lucu-lucu. Ada yang memuji, ada yang bikin ge-er, dan yang paling penting semuanya memberikan saran dan kritik yang membangun buat gue. Bahkan yang mengharukan adalah surat dari praktikan yang pernah kena marah sama gue, tapi dia masih bilang gue baik. Huhu, gue jadi ga enak. Tapi makasih ya semuanya J

<-- Ini surat-surat dari para praktikan

Dari cuap-cuap panjang ini, gue mau menyampaikan beberapa hal. Yaitu kalo kita jadi praktikan, hargailah asisten yang telah membantu kita dalam praktikum. Dan kalo kita jadi asisten juga hargailah praktikan kita, karena merekalah yang membuat kita menjadi lebih baik. Intinya sih saling menghargai lah, siapa tau hubungan antara asisten-praktikan dapat berlanjut ke jenjang berikutnya #eh.
#

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 comment:

Posting Komentar